
sumber gambar: www.sharpsdisposalmaryland.com
Seluruh tenaga kesehatan maupun tenaga lain di fasilitas kesehatan berisiko mengalami cedera yang diakibatkan oleh benda tajam (sharp injury). CDC (2015) memperkirakan sekitar 385.000 kasus cedera per-tahun terjadi di rumah sakit (RS) akibat jarum suntik dan benda tajam lainnya. Risiko serupa diperkirakan juga terjadi setting pelayanan kesehatan lain seperti primary care dan home care.
Sharp injury perlu dicegah. Hal tersebut terkait dengan keselamatan petugas dan pasien dari risiko transmisi puluhan patogen sebagai implikasi tindakan berisiko. Risiko paling umum akibat cedera benda tajam adalah transmisi HIV (1:300), Hepatitis B (1:50 jika belum divaksin), dan Hepatitis C (1:50) (CDC, 2015). Pencegahan sharp injury termasuk ke dalam upaya standard precaution dalam upaya PPI (Pencegahan dan Pengendalian Infeksi) yang berada di dalam payung besar patient safety. Dalam Standar Akreditasi RS versi 2012, RS juga dituntut untuk mempunyai sistem terkait pencegahan cedera tajam khususnya dalam penanganan sampah beda tajam. Hal ini dapat dilihat dalam Standar PPI 7.3. bahwa rumah sakit harus mempunyai kebijakan dan prosedur pembuangan benda tajam dan jarum.Dalam konteks ini rumah sakit perlu menurunkan berbagai SOP (standar operasi prosedur) terkait pembuangan benda tajam dan jarum.
Cedera benda tajam dapat terjadi kapan saja, sehingga sharp safety dalam konteks akreditasi versi KARS 2012 saja tidaklah cukup. Perilaku-perilaku petugas kesehatan yang berisiko meliputi memberikan atau memindahkan peralatan tajam seperti scalpel pada saat operasi atau tindakan, recapping jarum suntik, mematahkan ampul, melakukan tindakan penjahitan luka, tabrakan dengan sesama petugas, dekontaminasi atau memproses peralatan yang telah digunakan, transportasi limbah medis, dan lain sebagainya. Pada kondisi yang terjadi karena ketidak sengajaan atau kecerobohan seperti tertusuk jarum yang terbawa dalam linen, tempat tidur pasien, meja, maupun permukaan lainnya, sharp injury masih dapat terjadi.
Pencegahan cedera karena benda tajam seharusnya dilakukan secara komprehensif. CDC (2015) membagi upaya pencegahan sharp injury dalam 3 waktu krusial berikut.
1. Tahap persiapan
Tahap paparan terhadap benda tajam dimulai dan artinya risiko cedera pun dimulai. Petugas harus mempersiapkan segala peralatan yang dibutuhkan, seperti pencahayaan yang cukup, area steril, tempat menaruh benda tajam yang akan digunakan, serta safety box bila memungkinkan portable atau dapat dijangkau dengan mudah. Menilai apakah pasien koperatif atau tidak serta memberinya edukasi tindakan bila memungkinkan untuk mencegah gerakan yang tiba-tiba juga penting dilakukan. Petugas juga dapat mempertimbangkan apakah perlu asisten dalam mengerjakan sutu tindakan kepada pasien.petugas perlu membaca dan memastikan paham betul cara penggunaan benda tajam dan prosedur yang akan dilakukan.
2. Tahap penggunaan benda tajam
Pada saat menggunakan benda tajam, hal terpenting adalah menggunakan sesuai petunjuk pemakaian, terutama bila alat yang digunakan menggunakan teknologi tertentu anti cedera benda tajam. Petugas perlu menjaga jarak antara dirinya dengan orang-orang di sekitarnya dan perlu menjelaskan tindakan apa yang sedang dilakukan. Disarankan untuk menghindari transfer alat antar petugas hanya dengan menggunakan, namun sebaiknya menyediakan zona netral untuk meletakkan dan mengambil alat. Jika memberikan alat, penerima harus diberi peringatan bahwa alat akan diberikan.
Secara spesifik, jarum suntik sebaiknya tidak di-recapping. Atau jika melakukan recapping sebaiknya hanya menggunakan satu tangan. Tidak disarankan mematahkan ampul dengan tangan kosong, namun sebaiknya petugas menggunakan handuk bersih atau pengaman sejenis.
3. Tahap pembersihan/ clean up
Setiap orang bertanggung jawab terhadap benda tajam yang digunakannya, sehingga ia harus menghitung kembali dan memastikan tidak ada benda tajam yang tercecer. Masukkan benda tajam yang telah tidak digunakan dalam kontainer yang aman dan tertutup.
4. Tahap pembuangan/ disposal
Yang terpenting dari tahap ini adalah memastikan kontainer (safety box) aman lokasinya namun mudah dijangkau serta dapat digunakan (tidak bocor dan penuh) serta aman pada saat transportasi menuju lokasi pengolahan limbah tajam. Jika memungkinkan, gunakan mesin atau alat agar petugas tidak menyentuh benda tajam selama proses pemindahan dari kontainer menuju tempat pengolahan.
Selain upaya prosedural di atas, berbagai pendekatan spesifik dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya cedera akibat benda tajam (CDC, 2008).
1. Needleless atau no sharps alternatives
Pada upaya ini, upaya invasif menggunakan jarum atau benda tajam sedapat mungkin dihindari, seperti elektrokauter dan laser atau memberikan medikasi secara oral atau topikal jika memungkinkan. Tindakan endoskopi jika sesuai indikasi juga dapat menjadi alternatif operasi terbuka untuk mengurangi risiko cedera benda tajam.
2. Kontrol Engineering
Rekayasa teknologi alat kedokteran terus dikembangkan dan dipilih guna merancang suatu alat yang lebih aman digunakan, misalnya scalpel berujung melingkar lebih direkomendasiakn daripada yang berujung tajam, dan lain sebagainya.
3. Kontrol Lingkungan Pekerjaan
Tugas dan beban kerja, kebijakan/ pedoman/ SOP-SOP, dan safety climate perlu dibangun guna mencapai budaya keselamatan pasien dalam hal pencegahan cedera akibat benda tajam.
Rumah sakit sebagai suatu organisasi kompleks perlu melakukan upaya mulai dari penyusunan kebijakan hingga menata regulasi dan sistem yang lebih teknis. Pencegahan cedera karena benda tajam memerlukan suatu perubahan budaya yang didukung oleh pendidikan staf dan teknologi. RS juga harus mengembangkan sistem pelaporan yang baik terkait cedera akibat benda tajam guna menjadi sumber evaluasi dan pembelajaran patient safety bagi seluruh stafnya.
Referensi:
KARS, 2011, Standar akreditasi rumah sakit 2012.
CDC, 2008, Workbook for designing, implementing, and evaluating a sharps injury prevention program, diakses pada 28 September 2016 dari https://www.cdc.gov/sharpssafety/pdf/sharpsworkbook_2008.pdf.
_____, 2015 , Sharp safety for healthcare, diakses pada 28 September 2016 dari https://www.cdc.gov/sharpssafety/pdf/brochure.pdf.