Hingga saat ini, penelitian terkait keterlibatan pasien dalam mencapai keselamatan pasien baik di RS maupun fasilitas kesehatan primer belum menjadi aspek yang banyak diteliti, khususnya di Indonesia. Pasien seringkali masih menjadi aktor figuran dalam film pelayanan kesehatan, padahal sesungguhnya pasien adalah pusat segala aktivitas pelayanan kesehatan ditujukan. Jika kita menggunakan kata kunci “promosi keselamatan pasien terhadap pasien” dalam berbagai bahasa, akan sangat sedikit dijumpai materi promosi maupun metode-metode yang telah digunakan guna membuat masyaakat aware terhadap hak dan kewajibannya dalam patient safety.
Keterlibatan pasien dalam aartian yag lebih luas tidak hanya sekedar membuat mereka tau akan sesuatu. Lebih jauh lagi, involvement di sini juga berart rasa memiliki agar safety goal ini menjadi tujuan bersama. Pelibatan pasen dapat diupayakan dalam berbagai hal yang mendasar seperti peningkatan literasi kesehatan, mengoptimalkan komunikasi petugas kesehatan terhadap pasien, dan keluarga baik dalam aktivitas pelayanan maupun secara khusus dalam memberikan informed consent. Dalam informed consent yang benar, sesungguhnya pasien dibuat “melek” kesehatan karena dijelaskan dengan segamblang-gamblangnya mengenai jenis, prosedur, serta risiko atas tindakan yang akan diterima.
Dunia kesehatan belakangan ini juga dibuat lebih opend mind dengan adanya konsep SPEAK UP (baca di sini). Dalam konsep ini pasien diharapkan lebih aktif dan sadar terhadap kondisinya dirinya dalam pelayanan kesehatan. Konsep ini memang tidak mudah diterapkan, dibutuhkan kesiapan faskes dalam mengakomodasi kebutuhan pasien dalam memberikan informasi secara lebih terperinci, siap menerima kritik dan masukan untuk perbaikan pelayan kesehatan berikutnya.
Prosedur promosi yang klasik seperti video, poster, leflet, banner dan sebagainya nampaknya perlu terus dikembangkan. Pasien dan keluarga perlu tahu dan menjaga keselamatan bersama, tidak hanya hand hygiene dan etika batuk, namun juga mengenai apa-apa yang akan dia dapatkan selama pelayanan/ perawatan kesehatan di RS. Hal tersebut meliputi gelang identitas dan identifikasi pasien, pakaian pasien, risiko jatuh, pemberian obat dan tindakan yang benar, dan lain sebagainya.
Metode-metode yang dikembangkan bersifat tailor made, yaitu menyesuaikan situasi dan kondisi di mana pasien dan faskes berada. Payung hukum seperti kebijakan, panduan, serta SPO terkait perlu disiapkan manajemen agar upaya ini dapat berjalan. Keterlibatan pasien akan bermanfaat dalam bersama-sama menjaga keselamatan dalam pelayanan kesehatan.