Memilih Desain Penelitian Mixed-Methods

      No Comments on Memilih Desain Penelitian Mixed-Methods

Oleh: dr. Merita Arini, MMR.

 

Mixed Methods dikenal sebagai third methodological movement lahir setelah penelitian kuantitatif dan kualitatif berkembang terlebih dahulu (Tashakkori & Teddlie, 2003 cit. Creswell & Clark, 2011). Jauh sebelum penelitian kualitatif dikembangkan, desain-desain penelitian kuantitatif telah terbangun dengan baik. Metode penelitian kualitatif kemudian dikembangkan untuk menjawab banyak hal yang tidak dapat diselesaikan hanya dengan penelitian kuantitatif terutama pada area ilmu sosial/ komunitas. Seiring berjalannya waktu, ternyata penelitian kuantitatif dan kualitatif seringkali tidak dapat berdiri sendiri untuk menjawab suatu masalah penelitian. Maka, mixed methods mulai berkembang sejak sekitar tahun 1980-an ketika banyak peneliti menyadari diperlukannya terobosan untuk menjawab berbagai masalah yang lebih kompleks.

Definisi mixed methods terus berkembang. Salah satu definisi yang cukup menggambarkan apa itu dan bagaimana mixed method dilakukan dikemukakan oleh Cresswell dan Clark (2007) sebagai berikut.

Mixed method research is a research design with philosophical assumptions that guide the direction as well as methods of inquiry. As a methodology, it involves philosophical assumptions that guide the direction of the collection and analysis and the mixture of qualitative and quantitative aproaches  in many phases of the research process. As a method, it focuses on collecting, analyzing, and mixing both quantitative and qualitative data in a single study or series of studies. Its central premise is that the use of quantitative and qualitative approaches, in combination, provides a better understanding of research problems than either approach alone. “ (Creswell & Clark, 2007).

Oleh karena perkembangan keilmuan mixed methods, terdapat beberapa prototype mayor yang sering digunakan sebagai rancangan penelitian mixed methods.

  1. The Convergent Parallel Design

Desain ini sering dikenal sebagai Covergent Design atau Concurrent Mixed Method . Desain ini digunakan jika peneliti melakukan penelitian kuantitatif dan kualitatif secara konkuren/ bersamaan atau dalam fase yang bersamaan dalam suatu riset. Prioritas kedua metode sejajar/ equal dan kedua desan dijaga tetap independen baik dalam pengambilan data maupun analisis untuk kemudian baru dilakukan result mixes pada interpretasi keseluruhan. Contoh penelitian dengan desain ini adalah ketika peneliti ingin mengetahui kepatuhan pasien DM dalam minum obat. Peneliti melakukan survey terhadap kepatuhan minum obat secara kuantitatif kepada sekelompok pasien DM dan pada saat yang bersamaan juga melakukan focus group interview pada beberapa pasien tentang topik tersebut. Peneliti kemudian melakukan merges/ integrasi  hasil data kuantitatif yang telah diolah dan data kualitatif yang telah dianalisis sebelumnya dalam sebuah laporan penelitian secara konvergen.

2. The Explanatory Sequential Design

Desain ini dikenal juga sebagai Explanatory Design. Pada desain ini, terdapat 2 fase berurutan/ sekuensial yang interaktif. Tahap pertama, dilakukan pengambilan dan analisis data kuantitatif yang mana memiliki prioritas untuk menjawab pertanyaan penelitian. Tahap berikutnya, fase pengambilan data kualitatif dilakukan mengikuti fase sebelumnya. Peneliti umumnya menginterpretasikan data kualitatif untuk membantu menjelaskan (explain) hasil yang diperoleh pada fase kuantitatif. Sebagai contoh, suatu penelitian ingin mengetahui pengaruh intervensi penggunaan telemedicine terhadap peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di sebuah rumah sakit. Dalam penelitian kuantitatif didapatkan data-data yang perlu dijelaskan secara lebih mendalam, maka kemudian peneliti menggali informasi secara lebih mendalam melalui wawancara kepada beberapa narasumber yang ditentukan secara purposive sampling serta kemudian melakukan analisis dan interpretasi.

Penelitian pada umumnya telah ditentukan menggunakan suatu desain tertentu, seperti menetapkan akan menggunakan explanatory design sejak awal atau terkadang peneliti semula hanya merencanakan studi kuantitatif, namun kemudian menjadi emerging desain jika dibutuhkan metode penelitian lain untuk mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan.

 3. The Exploratory Sequential Design

Desain exploratory mirip halnya dengan explanatory desain hanya urutannya dibalik. Terdapat sekuensial dalam tahapan penelitian, dimulai dari penelitian kualitatif dan dilanjutkan dengan kuantitatif. Prioritas pengambilan dan analisis data kualitatif dilakukan di tahap awal. Dibangun dari hasil analisis ekploratori pada tahap pertama, peneliti melanjutkan tahap berikutnya dengan metode kuantitatif untuk menguji atau melakukan generalisasi berdasarkan temuan awal. Peneliti kemudian melakukan interpretasi  bagaimana hasil penelitian kualitatif dibangun oleh temuan awal (data kualitatif).  Contoh desain ini adalah seorang peneliti ingin mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan pasien memilih berobat ke suatu fasilitas kesehatan di sebuah kecamatan X pada era BPJS. Peneliti menggali informasi dari responden dengan menggunakan FGD dan wawancara mendalam sehingga mendapatkan data beberapa hal yang mendorong masyarakat memilih suatu fasilitas kesehatan. Peneliti kemudian membangun instrumen berdasarkan hasil temuan pada tahap awal untuk mendapatkan prevalensi keseluruhan pada sampel yang lebih besar. Kedua penelitian tersebut memiliki bobot prioritas yang sama pentingnya.

  1. The Embedded Design

Desain ini dipilih ketika peneliti menempatkan salah satu metode sebagai prioritas utama sedangkan desain lain dilakukan untuk melengkapi/ mengembangkan yang menjadi prioritas sebelumnya. Contoh pada penelitian studi kasus. Berbeda dengan convergent design maupun sequential design yang mana kuantitatif dan kualitatif memiliki bobot yang sama, pada embedded design terdapat bobot prioritas yang berbeda. Sebagai contoh, pada penelitian studi kasus peneliti menggunakan metode kualitatif secara mayor dengan mengambil dan menganalisis data sesuai tradisi riset kualitatif. Namun, di waktu yang sama/ hampir sama peneliti juga mengambil data kuantitatif dan menganalisisnya meskipun hanya sebagai bagian kecil dari keseluruhanpenelitian untuk mengembangkan atau memperkaya hasil yang diperoleh pada metode kualitatif. Hasil penelitian tersebut kemudian diinterpretasikan secara bersama-sama.

  1. The Transformative Design

Desain ini menggunakan rancangan mixed method pada umumnya seperti desaik sekuensial maupun koonkuren, namun transformatve framework digunakan sebagai teori yang membentuk jalannya penelitian. Desain ini sering digunakan dalam penelitian-penelitian sosial terkait feminisme.

  1. The Multiphase Design

Desain ini mengkombinasikan baik rancangan sekuensial maupun konkuren dalam satu periode/ waktu di mana peneliti mengimplementasikannya dalam suatu program atau studi untuk mencapai tujuan program secara keseluruhan. Rancangan ini umumnya digunakan dalam evaluasi program, di mana kuantitatif maupun kualitatif digunakan sepanjang waktu untuk mendukung pengembangan, adaptasi, dan evaluasi program tertentu. Sebagai contoh, suatu penelitian ingin membantu meningkatkan outcome pasien Diabetes Melitus (DM) di fasilitas kesehatan primer. Peneliti melakukan eksplorasi secara kualitatif untuk memetakan masalah, kemudian peneliti membangun instrumen dan melakukan penelitian secara kuantitatif untuk mendapatkan gambaran prevalensi masalah secara keseluruhan. Pada tahap selanjutnya peneliti melakukan intervensi berdasarkan hasil yang diperoleh pada tahap kualitatif dan kuantitatif, kemudian mengevaluasi outcome  yang diperoleh baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Hasil akhir dari penelitian ini kemudian diinterpretasikan.

Rancangan mixed method yang disebutkan di atas merupakan kategori mayor atau paling banyak digunakan oleh para peneliti di seluruh dunia. Peneliti dapat menetapkan salah satu atau memodifikasi suatu rancangan penelitian yang sesuai untuk menjawab suatu masalah.

 

REFERENSI:

Creswell JW, Clark VLP, 2011, Designing and Conducting Mixed Methods Research, California: SAGE.

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *