MENTAL HEALTH: COVID-19 RESPONSE

Kesehatan merupakan keadaan yang menggambarkan kondisi fisik, mental, dan sosial secara holistik bukan hanya perkara adanya sakit atau kelemahan. Kesehatan mental merupakan komponen integral dan esensial dari kesehatan. Kesehatan mental adalah keadaan sejahtera di mana seseorang menyadari kemampuannya sendiri, bekerja secara produktif, mampu mengatasi masalah dan mampu menjadi seseorang yang bernilai dan memberikan kontribusi pada orang lain ataupun komunitasnya. Di samping itu, kesehatan mental merupakan hal yang mendasar untuk seseorang tumbuh dan berkembang sebagai manusia yang mempunyai kemampuan untuk berfikir,berinteraksi satu sama lain, dan mampu menikmati atas hidupnya (WHO, 2018).

Stress merupakan mekanisme pertahanan diri alami yang dimiliki manusia sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa. Dengan stress seseorang akan menjadi alert untuk melakukan berbagai upaya yang diperlukan seperti pencegahan dan mencari pertolongan kesehatan yang diperlukan. Kesehatan mental akan terganggu apabila seseorang mengalami tekanan stress berlebih, seperti pada saat ini dengan adanya Corona Virus (COVID-19) yang diberitakan secara bertubi-tubi di media sosial maupun media mainstream. Masalah ini menjadi perhatian kesehatan masyarakat secara internasioanal dikarenakan penyebarannya yang begitu cepat di setiap negara ternyata memberikan banyak dampak yang buruk seperti coping mechanism yang terganggu sebagaimana dijelaskan oleh CDC (2020). Masing-masing individu mempunyai cara masing-masing untuk menghadapi ketakutan dan kecemasan tentang suatu penyakit termasuk issu COVID-19 ini. Dari ketakutan dan kecemasan yang berlebihan pada sebagian individu ini, memberikan dampak manifestasi klinis dan kejiwaan yang tidak baik pada berbagai kelompok umur. Stres selama wabah penyakit ini ditandai dengan sebagai berikut.

  • Takut dan khawatir tentang kesehatan diri sendiri dan orang-orang di sekitar,
  • Perasaan gelisah dan berdebar-debar,
  • Perubahan pola tidur dan makan, seperti tidak bisa tidur, tidak berselera makan, atau bahkan makan terus-menerus sebagai pelarian ketakutan,
  • Sulit tidur dan berkonsentrasi,
  • Memburuknya masalah kesehatan kronis,
  • Peningkatan penggunaan alkohol dan obat penenang, dan lain sebagainya.

Pada saat pandemi ini, tidak asing lagi rasanya jika merasakan perasaan yang campur aduk, merasa tertekan, sedih, kesal, marah, frustasi bahkan perubahan kesehatan emosional lainnya. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi perasaan di atas (CDC, 2020).

  1. Untuk Diri Sendiri
  • Beristirahatlah dari menonton, membaca, atau mendengarkan berita, termasuk media sosial yang menimbulkan kekhawatiran yang berlebihan.
  • Pelajarilah teknik-teknik relaksasi seperti tarik nafas dalam serta menambahkan afirmasi positif pada diri. Bagi sebagian umat beragama, ritual ibadah juga memberikan manfaat relaksasi.
  • Makan makanan yang sehat dan seimbang, berolahraga secara teratur, banyak tidur, dan hindari alkohol dan obat-obatan dari luar.
  • Luangkan waktu untuk bersantai dan lakukan beberapa aktivitas yang disukai.
  • Terhubung dengan orang lain untuk bercerita tentang kekhawtiran yang kita rasakan.
  • Jika rasa stress kita sudah menghalangi untuk melakukan kegiatan sehari-hari segera hubungi layanan kesehatan setempat.
  • Kurangi stress pada diri sendiri dan orang lain
  1. Untuk Orang Tua
  • Apabila anak-anak merasa takut dengan pandemi COVID-19, sebaikanya orang tua bersikap tenang dan percaya diri. Dengan bersikap seperti ini, orang tua akan dapat memberikan dukungan terbaik untuk anak-anak mereka.
  • Luangkan waktu untuk berbicara dengan anak tentang wabah COVID-19. Jawab pertanyaan dan bagikan fakta tentang COVID-19 dengan cara yang bisa dipahami anak.
  • Yakinkan anak bahwa mereka aman. Biarkan anak tau yang sebenarnya tentang COVID 19 ini, jika si anak ada perasaan takut atau pun tidak nyaman yakinkan kepada mereka bahwa hal ini akan baik-baik saja.
  • Ajarkan bagaimana cara mengatasi stress agar anak-anak di rumah dapat mempelajarinya.
  • Batasi paparan keluarga pada liputan berita acara, termasuk media sosial. Dikhawatirkan anak-anak akan salah mengartikan apa yang mereka dengar dan dapat ketakutan berlebihan tentang sesuatu yang tidak mereka pahami.
  • Cobalah untuk mengikuti rutinitas anak. Jika sekolah diliburkan seperti sekarang, buat jadwal untuk kegiatan belajar dan kegiatan santai atau menyenangkan, serta dampingi mereka sesering mungkin.
  • Jadilah panutan. Beristirahat, tidur teratur, berolahraga, dan makan dengan baik.
  • Terhubung dengan teman dan anggota keluarga.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa reaksi seperti cemas, sedih, dan khawatir adalah hal yang wajar. Dengan menjaga kesehatan emosional akan berdampak positif dalam berperilaku sehat yang diperlukan. Kestabilan emosi dan ketenangan akan bermanfaat untuk menjaga dan membentuk kekebalan/ imunitas tubuh yang baik serta dapat membantu kita untuk berfikir jernih dalam mengambil keputusan yang mendesak. Dengan bersikap terbuka terhadap diri sendiri, keluarga, dan lingkungan dapat membantu mengatasi stres.

 

DAFTAR PUSTAKA

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) (2020).  Mental Health and Coping During COVID-19. https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/about/coping.html, accessed 31 March 2020.

World Health Organization (WHO) (2020). Mental health: Strengthening our response. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/mental-health-strengthening-our-response, accessed 31 March 2020.

 

About Merita Arini

Penulis adalah staf pengajar pada Prodi Manajemen Rumah Sakit, Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta; menekuni bidang patient safety termasuk risk management, behaviour, infection control, etc.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *