Kajian tentang keselamatan pasien di Indonesia belumlah banyak dijumpai. Hal ini mterjadi karena masih relatif barunya konsep keselamatan pasien dibahas di berbagai forum fasilitas kesehahatan (faskes) primer serta amsih terbatasnya laporan kejadian keselamatn pasien. Namun demikian, telah banyak dipublikasikan dalam berbagai artikel penelitian di berbagai negara mengenai prevalensi maupun kajian mengenai faktor risiko terjadinya kejadian tidak diinginkan (adverse event) di primary healthcare. Hal tersebut dapat menjadi pembelajaran bagi fasiilitias kesehatan di Indonesia agar dapat melakukan upaya pencegahan.
Dalam sebuah penelitian terhadap lebih dari 70.000 pasien pada 457 faskes primer di Inggris (tahun 1999-2008) diadapatkan data insidensi 6.0 adverse events per 1000 orang per-tahun (95% confidence interval [CI] = 5,74 – 6,27), atau setara dengan 8 kejadian per 10.000 konsultasi. Setelah adjustment, geriatri menjadi faktor risiko utama terjadinya adverse event (65–84 tahun, risk ratio [RR] = 5’62; 95% CI = 4,58 – 6,91; P<0,001), disusul dengan seringnya konsultasi (datang ke faskes) , seringnya admisi emergensi, serta multimorbiditas (Tsang et al., 2013).
Pada penelitian lain terkait salah satu aspek keselamatan pasien di Riyadh (2011) oleh Khoja et al. yaitu medication error. Pada penelitian terhadap 5 fasilitias primer milik pemerintah dan 5 milik swasta terhadap lebih dari 5.000 resep secara cross-sectional didapatkan data bahwa terdapat 18,7 % prescribbing error yang potensial menimbulkan harm terhadap pasien. Sebagaimana diketahui bahwa penulisan resep adalah salah satu aspek medical error yang merupakan penyumbang kesalhan terbesar secara global.
Pada penelitian lain di Malaysia (2012) oleh Khoo et al. terhadap lebih dari 1700 rekam medik pada 12 klinik swasta di Malaysia ditemukan berbagai error. Medical error merupakan salah satu penyumbang terjadinya adverse event pada faskes. Pada penelitian oleh Khoo et al. (2012) tersebut didapatkan data bahwa error yang terjadi meliputi diagnostic error, medication error, investigation error, serta decision making error. Sebanyak 39,9 % berpotensi menyebabkan harm. Adapun masalah krusial yang sangat banyak terjadi adalah tulisan dokter yang tidak dapat terbaca dengan jelas pada hampir seluruh dokumen (98 %). Dari keseluruhan error yang didapatkan tersebut hampir semuanya sebenarnya dapat dicegah (93 %).
Dapat disimpulkan bahwa pada umumnya error adalah hal yang dapat dicegah. Faskes perlu mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang mungkin terdapat pada organisasinya serta memodifikasi sistem (struktur dan proses) agar menghasilkan luaran dan dampak yang baik dalam pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
Referensi:
Khoo EM1, Lee WK, Sararaks S, Abdul Samad A, Liew SM, Cheong AT, Ibrahim MY, Su SH, Mohd Hanafiah AN, Maskon K, Ismail R, Hamid MA. (2012). Medical errors in primary care clinics–a cross sectional study. BMC Fam Pract. 2012 Dec 26;13:127. doi: 10.1186/1471-2296-13-127. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23267547.
Khoja T1, Neyaz Y, Qureshi NA, Magzoub MA, Haycox A, Walley T. (2011). Medication errors in primary care in Riyadh City, Saudi Arabia. East Mediterr Health J. 2011 Feb;17(2):156-9. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21735951
Tsang, C., Bottle, A., Majeed, A., & Aylin, P. (2013). Adverse events recorded in English primary care: observational study using the General Practice Research Database. The British Journal of General Practice, 63(613), e534–e542. http://doi.org/10.3399/bjgp13X670660