Oleh: dr. Merita A., MMR.
Continuous Quality Improvement (CQI) sebagaimana yang kita ketahui merupakan salah satu aspek penting dalam manajemen mutu. PDCA dan PDSA merupakan dua metode berbeda yang sangat sering diterapkan dalam CQI di fasilitas kesehatan (faskes). Kedua metode ini memiliki kemiripan karena berakar dari proses perencanaan dan perbaikan untuk dilakukan secara berkesinambungan seperti sebuah siklus. Selain itu, kedua metode CQI ini berasal dari dunia industri manufaktur, sehingga dalam pelayanan jasa seperti pada fasilitas kesehatan perlu sedikit penyesuaian.
PDCA yang merupakan kepanjangan darai Plan-Do-Check-Action dulu dikenal sebagai siklus Deming. Namun ternyata kedua hal ini sebenarnya berbeda. Siklus Deming atau yang dikenal sebagai Deming Wheel yang dipublikasikan pada tahun 1950 terdiri dari 4 tahapan yaitu design, production, sales, dan research. Adapun PDCA sesungguhnya adalah model quality control ala Jepang (1950) atau dikenal sebagai Japanese PDCA cycle.
Siklus empat langkah PDCA untuk pemecahan masalah terdiri dari Planning/ perencanaan (penentuan masalah dan hipotesis tentang kemungkinan penyebab dan solusi), Do/ melakukan (menerapkan), Check/ memeriksa (mengevaluasi hasil), dan Act/ tindakan (kembali ke rencana jika hasilnya tidak memuaskan atau standarisasi jika hasilnya memuaskan). Siklus PDCA menekankan pada pencegahan berulangnya kesalahan dengan menetapkan standar dan modifikasi berkelanjutan dari standar tersebut (Moen, n.d.). Tabel di bawah ini menggambarkan kemiripan PDCA dan Deming Wheel.
Komponen |
Aktivitas |
Design=Plan | Merancang produk, hal ini dianggap sama dengan fase perencanaan dalam manajemen |
Production=Do | Produksi sama dengan “DO” yaitu membuat produk atau bekerja dengan suatu produk yang didesain |
Sales=Check | Gambaran penjualan menggambarkan kepuasan pelanggan |
Research=Act | Jika terdapat komplain harus dikeloa dalam perencanaan berikutnya dan “action” harus dilakukan pada tahap berikutnya untuk memperbaiki hal tersebut. |
Selanjutnya, PPCA berkembang dengan yang dikenal sebagai siklus PDCA yang dikembangkan oleh Ishikawa (1985). PDCA Ishikawa memperdetail beberapa aspek dalam masing-masing tahap PDCA. Pada tahap Planning, ditetapkan tujuan dan target, serta metode yang akan digunakan untuk mencapai tujuan. Pada tahap Do, penting mengikutsertakan pihak-pihak yang terlibat dalam perubahan dalam pendidikan dan training untuk kemudian mengimplementasikannya dalam pekerjaan sehari-hari. Tahap Check merupakan fase di mana dilakukan pemeriksaan atau pengukuran terhadap dampak implementasi. Adapun pada tahap Action, dibutuhkan langkah selanjutnya yang sesuai untuk memperbaiki atau mengatasi masalah atau hambatan yang didapatkan (Norman, 2016).
Di negara yang berbeda, pada tahun 1986 Deming mengenalkan Shehwart Cycle. Shehwart Cycle inilah cikal bakal yang kemudian pada tahun 1991 menjadi tools baru yang disebut sebagai PDSA (Plan-Do-Study-Action). Proses perumusan PDSA terjadi pada tahun 1986 hingga 1993. Deming menyatakan bahwa PDSA sama sekali berbeda dengan PDCA dan tidak ada keterkaitan satu sama lainnya, meskipun beberapa laporan menuliskan bahwa Jepang mengembangkan PDCA dari seminar Deming. Deming mempresentasikan namun di antara kedua pihak, tidak ada yang benar-benar mengklaimnya. Oleh karena itu tidak sedikit literatur yang secara tumpang tindih menuliskan PDCA sebagai Deming Cycle meskipun sebenarnya berbeda.
STUDY, mempelajari hasil yang diperoleh dari tahap DO: pelajaran yang didapat maupun kesalahan yang terjadi |
PLAN, merencanakan perubahan atau ujicoba, bertujuan untuk perbaikan |
ACTION, mengadopsi perubahan atau mengabaikannya, atau menjalankan dalam siklus berikutnya |
DO, menerapkan perubahan atau ujicoba (preferably dalam skala kecil) |
PDCA merupakan alat yang menekankan pada implementasi perubahan dan kepatuhan (Implementation and Compliance), adapun PDSA menekankan pada pembelajaran dan peningkatan/ perbaikan (Learning and Improvement) (Norman, 2016). Check pada PDCA menekankan pada menilai atau membandingkan kondisi eksisting pada sistem yang sedang berjalan dengan apa yang diharapkan. Adapun Study pada PDSA, terdengar nampak memiliki sedikit perbedaan dengan Check. Study nampaknya menekankan pada pembelajaran, yaitu apa yang dapat dipelajari dari sistem dan bagaimana menggunakan informasi baru untuk mencapai tujuan maupun menciptakan produk yang lebih baik.
Memilih menggunakan PDCA maupun PDSA adalah tergantung dari kebutuhan dan metode yang lebih sesuai untuk menjawab tujuan kita. Jika ingin mencapai perubahan perbaikan yang lebih cepat atau untuk mengetahui dampak cepat perubahan, PDCA mungkin lebih sesuai. Adapun bila kita membutuhkan mengkaji perubahan perbaikan dengan lebih mendalam maka karakteristik Study dalam PDSA nampaknya lebih sesuai.
Referensi:
Moen, R. (n.d.). Foundation and History of the PDSA Cycle. 2–10. Retrieved from https://www.deming.org/uploads/paper/pdsa_history_ron_moen.pdf
Norman, C. L. (2016). Evolution of PDSA and the Difference Between PDSA and PDCA (pp. 1–28). pp. 1–28. Retrieved from https://asqaustin.org/wp-content/uploads/2015/12/History_of_the_PDSA_Cycle_CN_ASQ_Talk-_2_10_2016_Handout.pdf