Patient-Empowerment 2 – Pendekatan dalam Perubahan Perilaku yang Menyeluruh

Patient Empowerment menggeser paradigma bahwa pada kenyataannya pasien tidak cukup hanya diberi pengetahuan melainkan harus ditingkatkan kapasitasnya untuk dapat terliabt langsung, dan memiliki autonomi lebih terhadap perawatan kesehatan yang didapatnya. Banyak penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan tidak selalu berpengaru terhadap perubahan perilaku, maka pendekatan peningkatan pengetahuan ansich tidaklah cukup dalam mengelola kasus pasien hingga tuntas. Pasien harus memiliki kapasitas berupa pengetahuan serta akses yang cukup agar dapat memilih dan turut mencapai sasarana atau tujuan dalam perawatan kesehatannya.

Jones dan Meleis (1993) dalam Lau (2002) menjelaskan konsep dasar empowerment yang komprehensif. Empowerment mencakup pengenalan terhadap proses sosial yang berjalan, promosi, dan meningkatkan kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya, memecahkan masalahnya, dan menggerakkan sumberdaya yang diperlukan untuk menontrol kehidupannya sendiri.

Dalam implementasinya, patient empowerment sering mengalami berbagai kendala. Di antaranya adalah kurangnya kesadaran dan keterbatasan waktu tenaga kesehatan untuk melibatkan pasien dalam manajemen terapinya, serta kurang siapnya pasien dan keluarga untuk berdaya terutama dalam hal pengetahuan.

Pendekatan empowerment sebenarnya melibatkan fasilitasi dan pemberian dukungan kepada pasien untuk merefleksikan pengalamannya dalam menghadapi penyakitnya.  Self reflectionyang terjadi dalam hubungan petugas kesehatan dan pasien dicirikan dengan adanya keamanan psikis, kehangatan, kolaborasi, dan respek satu sama lain sebagai dasar untuk mencapai perubahan perilaku, emosi, dan sikap pasien yang positif bersifat self-directed. Refleksi ini pada akhirnya akan membantu meningkatkan kesadaran dan pemahaman yang baik atas segala keputusan dan manajemen terhadap penyakit yang diambilnya (Lau, 2002).

Patient empowerment masih dianggap sebagai pendekatan paling komprehensif dalam membantu pasien mengatasi masalah penyakit kronis seperti kanker, diabetes melitus, gagal ginjal dan sebagainya. Pendekatan ini diperlukan mengingat pasien-pasien long term care tersebut membutuhkan perubahan perilaku dan emosi serta konsistensi dalam manajemen penyakitnya.

 

Referensi:

TDH Lau, 2002, Patient empowerment—a patient-centred approach to improve care, Hong Kong Med J Vol 8 No 5 October 2002, diakses dari http://www.hkmj.org/system/files/hkm0210p372.pdf pada 28 Februari 2016.

About Merita Arini

Penulis adalah staf pengajar pada Prodi Manajemen Rumah Sakit, Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta; menekuni bidang patient safety termasuk risk management, behaviour, infection control, etc.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *